Rabu, 26 Mei 2010

BIDADARI PERADABAN DUNIA

Pada tahun 837 Masehi, seorang budak muslimah dilecehkan kemuliaannya oleh seorang prajurit Romawi di kota Amoria, kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya. Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu'tashim Billah dengan lafadz yang legendaris: Waa Mu'tashimaah…!!!

Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan itu, maka Sang Khalifah yang berada di Baghdad pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Amoria dan melibas semua orang kafir Romawi yang ada di sana. Sekitar 30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 yang lain ditawan. Seseorang meriwayatkan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari istana khalifah hingga kota Amoria karena besarnya jumlah pasukan.

Begitu menduduki kota tersebut, khalifah memanggil sang pelapor untuk ditunjukkan dimana rumah wanita tersebut, saat berjumpa dengannya ia bertanya "Wahai saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku ?"

Sang budak wanita inipun dibebaskan oleh Sang Khalifah, sedangkan orang Romawi yang melecehkannya dijadikan budak bagi wanita tersebut.

Lumpur Nista Peradaban

DR Ali Abdul Halim Mahmud memaparkan, dalam Al Mar’ah Al Muslimah wal Fiqhu Da’wah Ilallah, penindasan dan kedudukan yang hina pada perempuan dalam peradaban-peradaban masa lampau yang oleh banyak orang dikatakan sebagai peradaban emas.

Di Mesir dengan kekejaman Fir’aun-nya, banyak ditemui kejadian seorang raja yang menikahi saudara perempuannya sendiri atau bahkan anak perempuannya sendiri. Selain itu, kisah tentang persembahan gadis cantik untuk sungai Nil dan para penarinya sudah tidak asing di telinga kita. Ini menunjukkan bagaimana rendahnya sebuah peradaban memandang dan memperlakukan perempuan di Mesir Kuno.

Di negeri Babylonia, sebuah peradaban di antara dua sungai, perempuan dianggap barang dagangan yang bisa diperjualbelikan seenaknya. Menurut salah satu Undang-undang Babylonia dulu, bila suami sedang meninggalkan isterinya, maka sang isteri bisa hidup dengan laki-laki yang lain sampai suaminya kembali. Praktik prostitusi legal ini berlangsung secara turun temurun dan dihapuskan pada sekitar tahun 250 SM.

Peradaban India Kuno pun tidak kalah nista dalam memperlakukan perempuan. Perempuan tidak punya hak sedikitpun untuk menentukan suami. Diantara mereka banyak yang diwajibkan menjadi pelayan Tuhan di kuil-kuil. Salah satu kewajiban mereka adalah melayani tokoh kuil yang disebut Dukun Brahmana. Dalam Undang-undang India Kuno dikenal delapan macam perkawinan yang kesemuanya merendahkan kehormatan wanita. Upacara Sati, merupakan salah satu tradisi keji dimana seorang janda dibakar hidup-hidup bersama mayat suaminya yang baru meninggal.

Dalam peradaban Cina, seorang suami boleh menjual isterinya kalau ia memerlukan uang. Perlakuan dalam rumah tangga pun terkadang tidak manusiawi. Isteri tidak boleh makan bersama suami. Bahkan makanan yang dimakannya adalah sisa-sisa makanan suaminya itu. Marco Polo, pernah menyaksikan segerombolan pelacur di Cina saat ia datang ke tempat tersebut. Pemerintahan Cina kala itu sengaja memelihara mereka sebagai ‘persembahan’ kepada tamunya. Bahkan di Cina modern pun perbudakan perempuan pernah mencapai angka dua juta pada tahun 1937.

Peradaban Arab Pra Islam juga sangat keji ketika memperlakukan perempuan. Bayi perempuan yang baru lahir dikubur hidup-hidup karena dianggap sebagai sumber kesialan dan memalukan keluarga.

Peradaban Yunani yang dianggap sebagai puncak peradaban intelektual di masanya ternyata tidak memberikan tempat bagi perempuan dengan layak. Pemerintahan Yunani Kuno secara resmi mengakui adanya praktik pelacuran dalam kegiatan sosial ekonominya. Para pelacur ini dikenakan pajak untuk disetor kepada negara. Sumber pendapatan dari pelacuran ini bahkan dianggap salah satu pendapatan negara yang penting.

Kalangan intelektual mereka juga menempatkan prempuan sebagai sumber masalah, sebagaimana pernyataan Socrates, “Wanita adalah sumber besar dari kekacauan dan perpecahan dunia. Ia bagaikan pohon dafali yang dari luar terlihat sangat indah, tapi apabila burung gereja mematuknya ia pasti akan mati.”

Bettany dalam bukunya, Agama-agama Dunia, mengomentari kedudukan wanita dalam agama Budha, “Karakter wanita tersebut tidak terukur dalamnya bagaikan ikan yang terlatih di dalam air dan menurut tabiatnya selalu menggoda siapa saja yang dijumpainya. Selalu berdusta dengan siapa saja serta selalu memutarbalikkan kebenaran dengan kebohongan.”

Agama Yahudi, berdasarkan Hebrew Scipture, memandang bahwa perempuan selalu dalam kutukan dewa. Sejak lahir ia selalu berdosa dan akan terus berdosa hingga ia mati. Agama Nashara juga menganggap hal serupa. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa yang membujuk Adam untuk memakan buah terlarang adalah Hawa. Kesimpulannya, seperti ditulis DR. Yusuf Qaradhawi tentang pandangan dua keyakinan ini, wanitalah yang telah menyebabkan Adam dan keturunannya dikeluarkan dari surga.

Sejarawan Westermark menuliskan bahwa oleh sebagian tokoh gereja pada masa lalu, wanita dilukiskan sebagai: “Bagian dari setan, mereka merupakan pondasi dari tangan-tangan setan yang suaranya melengking seperti ular naga dan bagaikan seekor kalajengking yang sudah siap dengan racunnya. Mereka adalah wali dari setan, sebagai instrumen yang dipergunakan setan untuk menghancurkan jiwa laki-laki. Mereka merupakan pintu gerbang setan, sumber ketidakadilan bagai racun kalajengking. Mereka itu menjijikkan, tumpuan kesalahan, pengawal api neraka, musuh dari perdamaian, dan dianggap sebagai binatang buas yang membahayakan.”

DR Arspring menjelaskan dalam bukunya bahwa pada abad pertengahan di Eropa ada suatu dewan khusus yang sudah mengadakan semacam penyiksaan terhadap wanita. Hasil selama menjalankan tugasnya, kurang lebih mereka berhasil membakar wanita hidup-hidup sebanyak sembilan juta orang.

Cahaya di Atas Cahaya

Pada masa Renaissance, terjadi perubahan sosial politik yang revolusioner. Peradaban kegelapan (Dark Age) di Eropa bangun dan menggeliat menjadi peradaban pencerahan. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh perlawanan kaum tertindas terhadap otoritas Gereja Katolik. Perlawanan ini membentuk agama Kristen Protestan yang terpisah dari gereja Katolik Roma sebagai pusat kepausan kala itu.

Agama Kristen Protestan yang lebih mengedepankan sisi kemanusiaan dan ilmu pengetahuan bisa dikatakan membawa Eropa menuju cahaya peradabannya dan menemukan bentuk jati diri mereka sebagai salah satu bagian dari mozaik peradaban dunia. Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Militer dan politik berganti wajah. Industri dan ekonomi berubah dalam alunan revolusi. Sistem sosial dan seni Renaissance bahkan menjadi salah satu aliran pada waktu itu.

Aliran filsafat dan pemikiran bermunculan mengusung ide-ide baru sebagai alternatif perubahan. Para pemikir dan cendekiawan terus-menerus menjadi rujukan arah perjalanan kebangkitan peradaban Eropa kala itu.

Kedudukan perempuan pun menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bahkan di beberapa kerajaan, perempuan menjadi ratu yang memimpin sebuah kerajaan besar, Spanyol misalnya. Pemahaman akan liberalisme menjadi jalan bagi perubahan paradigma masyarakat Eropa dalam memperlakukan perempuan. Mereka mampu berkembang dan menduduki pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya tidak mereka bayangkan sendiri.

Sekitar seribu tahun sebelumnya di semenanjung Arab, Islam datang dan membebaskan wanita dari kubangan lumpur nista peradaban. Menggangkatnya hingga pada kemuliaan dan kehormatan yang tinggi yang tidak didapati pada peradaban sebelumnya. Pada masa itu kaum wanita diberi kebebasan yang sangat luas dengan aturan-aturan dan batasan-batasan yang manusiawi. Perlakuan wanita seakan binatang dihilangkan dan digantikan dengan persamaan kedudukan dengan laki-laki dalam banyak hal.

Perkembangan peradaban Islam yang dalam waktu sekitar dua puluh tahun telah demikian pesat memberikan dampak positif terhadap Islam. Pada masa ini peradaban Islam dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khathab, seorang pemimpin yang sangat adil. Dengan kepemimpinannya, kaum muslimin berhasil mengalahkan imperium besar Romawi Timur. Dengan keadilannya sebagai pemimpin, perempuan menduduki posisi-posisi penting dalam bagian pemerintahan dan ekonomi.

Posisi perempuan dalam peradaban Islam mulai berkembang sejak masa Nabi Muhammad hidup. Banyak muncul para ilmuwan perempuan yang menjadi rujukan ilmuwan laki-laki seperti Sayyidah Aisyah, salah seorang isteri Nabi Muhammad. Kemampuannya dalam bidang keilmuan diakui oleh hampir semua ilmuwan muslim. Puncak peradaban Islam di bidang intelektual terjadi ketika pusat pemerintahan pindah ke Baghdad. Pada masa sesudah itu, puncak perkembangan peran perempuan muslim terjadi di Andalusia, sebuah negara Islam yang sekarang merupakan bagian dari Spanyol.

Islam dan Renaissance membawa perubahan penting sebuah peradaban dalam memperlakukan wanita. Hal ini berlangsung hingga peradaban modern di abad 20-an. Hasilnya dapat dilihat dengan banyaknya ilmuwan perempuan yang menghasilkan karya-karya monumental dan luar biasa.

Dalam kepemimpinan demokrasi, banyak kita dapati perempuan-perempuan tangguh yang mampu memimpin rakyat banyak. Sebut saja Evita dari Argentina, Benazir Bhuto dari Pakistan, Margareth Tatcher dari Inggris, Gloria Macapagal Arroyo dari Philipina, atau Megawati dari Indonesia. Hasil kepemimpinan mereka mungkin ada yang berhasil, namun banyak pula yang gagal membangun peradaban di masing-masing negara.

Orientasi Diri

Kebebasan yang diusung oleh paham demokrasi yang didengung-dengungkan oleh Amerika dengan berbagai elemennya memberikan banyak dampak pada kedudukan, kondisi dan kepribadian perempuan. Setiap perempuan yang terjerat janji manis kebebasan merasa punya hak untuk menuntut kebebasannya itu tanpa batas. Ia tidak mau terikat pada kodrat, aturan dan norma yang menjadi sistem kehidupan manusia. Asalkan itu menyenangkan dirinya maka ia manganggap bahwa itulah hak yang boleh ia miliki secara mutlak.

Emansipasi yang merupakan jargon hidup mereka, menjadi pembenaran atas apa yang mereka inginkan. Meskipun hal itu berlawanan dengan kodrat penciptaan mereka sebagai manusia.

Hak Asasi Manusia dianggap sebagai legalitas atas semua keinginan dan kebebasan personal. Tidak boleh ada yang menahan dan menghalangi apa yang mereka inginkan. Jika sampai ada yang menghalang-halangi kehendak bebas individu berarti ia telah melanggar HAM. Atas dasar ini pulalah, agama, moral, nilai, norma, hukum dilanggar begitu saja.

Belum lagi pengaruh media massa sebagai corong pencucian otak yang bekerja menurut ide-ide Zionis dan kapitalis. Padahal setiap diri wajib waspada terhadap langkah-langkah yang akan dan telah ditempuh Zionis terlaknat. Seperti yang sudah ditulis dalam Protocol of Zion mereka telah merencanakan penghancuran peradaban di luar peradaban mereka dengan cara-cara licik melalui media massa. Diantaranya adalah dengan mengubah orientasi kaum perempuan dalam memandang tugas dan fungsi utamanya sebagai manusia.

Mereka menjerumuskan kaum perempuan dalam hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukannya. Membuatnya sibuk dengan kegiatan-kegiatan tidak berguna dan menjadikannya lupa dengan tugas utamanya sebagai pembangun peradaban.

Kita dapati dalam info komersial di televisi bahwa keunggulan perempuan dibanding perempuan yang lain adalah berdasarkan warna kulitnya, semakin putih semakin berharga. Rambut yang hitam dan lurus semakin menarik di mata pria. Bibir merah merekah bak delima adalah nilai utama. Bulu mata yang lentik. Kuku berkilau. Badan yang langsing. Baju yang seksi untuk menarik mata pria yang memandangnya. Sebuah perang pemikiran.

Sinetron dan drama remaja tidak kalah menjijikkan. Menjual kemewahan dengan menampilkan rumah-rumah yang megah, mobil-mobil yang mulus, pergaulan bebas tidak bermoral, mistis dan perdukunan. Sebuah cara sederhana untuk menghancurkan peradaban sekaligus meneguk rupiah dan kapital sekaligus.

Komoditas. Begitulah kondisi perempuan di masa modern ini. Fisik dan jiwa mereka dijadikan barang dagangan oleh para iblis berwujud manusia. Jual beli untuk pelacuran. Atau dengan dalih bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Wanita. Dikirim ke Malaysia atau Timur Tengah, meninggalkan suami dan anak-anaknya. Membiarkan pengasuhan anak tidak berada di tangan yang semestinya sehingga tidak terjamin masa depan moral dan akhlaknya.

Banyak juga yang dengan suka rela dijadikan komoditas. Bekerja di tempat remang dunia malam. Sekedar sedikit membuka paha dan dada menjajakan barang-barang keluaran terbaru dari pameran ke pameran. Sedikit menampilkan pakaian bikini di majalah dewasa. Ujungnya ketika ditanya, semua menjawab karena motif ekonomi.

Kaum kapitalis pemuja nafsu bersembunyi dibalik brain, beauty and behavior, menggelar berbagai macam acara putri-putrian. Menipu masyarakat dengan kegiatan social yang dikampanyekan. Pencegahan HIV/AIDS dengan menggunakan kondom, melegalkan hubungan seks di luar pernikahan.

Tidak hanya menganiaya diri sendiri. Kaum perempuan modern juga dianiaya oleh kemodernan itu sendiri. Kekerasan, pemerkosaan, pencabulan, pelecehan, hingga pembunuhan. Dari laporan Institut Perempuan pada periode Januari-Juni 2007, terdapat 149 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang menimpa 285 korban. Proporsi kasus Kekerasan Dalam Wilayah Publik (KDWP), yaitu sebesar 42%, diikuti dengan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan kekerasan oleh negara, yaitu secara berturut-turut 39% dan 17%. Sementara itu dilihat dari jumlah korban, korban terbanyak mengalami kekerasan dalam wilayah publik, yaitu 39%, diikuti kekerasan oleh negara sebesar 33% dan KDRT 28%. Kekerasan oleh negara meliputi trafficking (52%), kematian buruh migran (39%), penjara (9%), dan razia, malpraktik serta hilang kontak masing-masing 4%. Ini adalah angka yang dilaporkan dan diketahui.

Gadis-gadis kecil yang dulu ceria menyanyikan lagu tradisional atau lagu kanak-kanak, kini telah berubah menyanyikan lagu Kangen Band yang syairnya tentang perselingkuhan dan romantisme buta. Inilah sebuah pemandangan yang kita dapati saat ini, di kota metropolitan hingga di pelosok kampung. Inilah anak-anak televisi yang ibunya terlalu sibuk bermusyawarah memikirkan kapan Dewi Persik akan rujuk dengan Saipul Jamil.

Perempuan Peradaban

Alangkah indah syair yang dinukil DR Yusuf Qardhawi dalam pengantar buku Kebebasan Wanita,

seorang ibu ibarat sekolah

apabila kamu siapkan dengan baik

berarti kamu menyiapkan suatu bangsa yang harum namanya.

Orang-orang bijak juga mengungkapkan kalimat indah penyejuk hati para wanita, “Di balik keberhasilan setiap pahlawan besar, selalu ada wanita agung.”

Ada dua kemungkinan besar yang dimaksud wanita agung dalam pepatah tersebut. Bisa ia adalah sang isteri dari pahlawan itu. Bisa ia adalah sang ibu dari pahlawan itu. Atau mungkin kedua-duanya sekaligus, sang isteri dan sang ibu.

“Pepatah itu,” tulis Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia, “merupakan hikmah psiko-sejarah yang menjelaskan sebagian dari latar belakang kebesaran seorang pahlawan.”

Para pahlawan yang kemudian membentuk dan membangun sebuah peradaban dengan nilai tinggi yang tak tertandingi. Bahkan seseorang yang sederhana pun mampu membentuk sebuah peradaban yang tinggi ketika energi yang ada dalam dirinya berada dalam puncak optimalisasi dan bersinergi dengan momentum dari luar dirinya.

Sebuah kisah inspiratif romantik yang terjadi pada Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Seorang khalifah yang telah menciptakan kedamaian, dan satu-satunya kedamaian yang pernah dicapai peradaban manusia hingga kawanan domba berkawan dengan serigala. Sebuah pencapaian tertinggi peradaban manusia di bidang spiritual, religius, sosial, politik dan ekonomi sekaligus.

Umar pernah meminta izin kepada sang isteri, Fatimah, untuk menikah lagi dengan seorang gadis yang dicintainya. Namun Fatimah menolak atas nama cinta dan cemburu. Di kemudian hari ketika kondisi fisik Umar menurun dan tubuhnya sudah sangat kurus karena mengurus rakyatnya, sang isteri datang membawa ‘hadiah’ kepada Umar. Seorang gadis yang dulu ingin dinikahi Umar. Fatimah ingin memberikan dukungan moral kepada suaminya tercinta. Inilah saat terindah bagi Umar, sekaligus mengharu-biru. Kenangan romantikanya dulu kini kembali membakar seluruh jiwanya. Namun cinta itu kini hadir dalam bentuk yang berbeda.

Umar menolak hadiah dari isterinya dan bahkan menikahkan gadis itu dengan pemuda yang lain. Sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya sendu, “ Umar, dulu engkau pernah sangat mencintaiku, tapi kemanakah cinta itu sekarang?”

Umar bergetar haru kemudian menjawab, “Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya jauh lebih dalam!”

Romantisme energi dan semangat juga dirasakan Sayyid Quthb ketika mengenang ibundanya. Seorang ibunda sederhana dengan cita-cita besar terhadap dirinya. Sayyid Quthb berusaha mewujudkan keinginan ibundanya untuk mencintai Al Qur’an. Energi cinta yang ditransfer oleh kenangan Sayyid Quthb terhadap ibundanya memberikan kekuatan yang demikian dahsyat hingga mampu menghasilkan karya monumental, Fi Zhilalil Qur’an. Para pahlawan peradaban senantiasa mengenang saat-saat indah ketika ia berada di pangkuan ibunya dan selamanya ingin begitu ketika terbaring di pangkuan isterinya.

Sebuah kekuatan dari perempuan bernama ibu. Sebuah kekuatan yang mampu menggoyahkan dan akhirnya meruntuhkan tirani di sebuah negeri bernama Mesir. Sebuah kekuatan besar yang bahkan oleh Sayyid Quthb, seorang yang tidak takut dengan tiang gantungan, memaksanya mengatakan, “Saya selamanya ingin menjadi bocah besar yang polos.”

Bangunan peradaban tidak pernah terlepas dari kondisi dan peran serta kaum perempuannya. Kita dapat melihat kondisi sebuah masyarakat dengan melihat kondisi perempuannya. Dimana kaum perempuan telah rusak maka rusak pulalah masyarakat peradaban itu. Dimana kaum perempuan baik maka peradaban masyarakat itu akan tinggi pula.

Bidadari Dunia

Bidadari dunia,” tulis Yoyoh Yusroh dalam sebuah pengantar buku, “adalah wanita yang berdaya guna, ia dapat memanfaatkan potensi dirinya secara maksimal untuk dapat berkontribusi bagi keluarganya, masyarakatnya, bangsa dan ummatnya.” Ia juga memiliki daya bina, terhadap dirinya dan selainnya. Ia juga memiliki daya pelihara. Ia memelihara dirinya dari pengaruh negatif yang datang dari peradaban diluar dirinya.

Bidadari dunia adalah Maryam puteri Imran yang melahirkan Isa. Bidadari dunia adalah Asiah

isteri Fir’aun yang memelihara Musa. Bidadari dunia adalah Aisyah puteri Abu Bakar yang bersuamikan Muhammad. Bidadari dunia adalah wanita wanita perkasa yang dengan cinta dan kasih sayangnya menjadi energi bagi bangunan peradaban manusia. Sebagian atau seluruhnya.

setiap keindahan yang tampak oleh mata

itulah perhiasan, perhiasan dunia

namun yang paling indah diantara semua

hanya istri shalihah, isteri yang shalihah

Bait lagu yang dinyanyikan Rhoma Irama ini adalah sebuah motivasi untuk melakukan perbaikan diri setiap perempuan. Sebuah perbaikan demi menjadi perhiasan dunia, perhiasan terindah tanpa pembanding. Perhiasan dunia yang lebih indah dari bidadari surga. Demi menjadi mutiara yang tersimpan. Demi menjadi permata yakut dan marjan. Demi menjadi bidadari peradaban dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar